Cara Mendapat Beasiswa Penuh dari Universitas di Australia

Ryan Sanjaya
5 min readDec 22, 2023

--

Para pembaca yang baik, setahu saya ada beberapa cara untuk mendapat beasiswa di luar negeri, terutama di Australia. Tulisan ini hanya berdasarkan pengalaman saya sendiri, yang bisa jadi sangat berbeda dengan pengalaman orang lain. Poin-poin yang saya tulis di sini juga bukan berarti berurutan ya, bisa jadi urutannya berbeda-beda pada setiap orang.

Bulan November 2023 lalu saya mendapatkan email yang menginformasikan kalau saya berhasil diterima pada program doktoral di Queensland University of Technology dengan beasiswa living cost dan tuition fee dari mereka. Apa saja proses yang saya alami?

Buat Rancangan Proposal

Untuk level doktoral, saya melihat sebagian besar mensyaratkan hal ini. Kita perlu punya rancangan proposal penelitian terlebih dahulu. Bagaimana cara menentukan topik proposal? Saya tidak mampu menjelaskan dengan detail, tetapi pada umumnya kita perlu mencari topik yang memiliki nilai kebaruan. Cari kasus yang ada di Indonesia, bagus lagi kasus itu punya kaitan dengan negara lain/negara yang akan kita tuju. Setelah itu lakukan tinjauan literatur yang solid untuk menegaskan di mana penelitian itu akan berada. Lalu pastikan penelitian kita memiliki significance atau semacam ‘so what question’ kalau kata salah satu profesor yang saya hubungi.

Persiapkan Kemampuan Bahasa Inggris

Bagi saya yang punya kemampuan bahasa Inggris pas-pasan, ini langkah kedua yang saya lakukan. Kebetulan beberapa negara yang saya tuju mensyaratkan kemampuan bahasa Inggris. Ini mungkin akan berbeda kalau anda mau sekolah di negara-negara lain yang tidak saya tuju. Intinya cek persyaratan rata-rata kemampuan bahasa Inggris di negara yang akan kita tuju. Setiap negara dan universitas punya persyaratan yang berbeda-beda. Baca dengan teliti persyaratan bahasa tersebut karena sangat beragam.

Contohnya, di QUT butuh overall score IELTS 6.5 dan each band tidak ada yang di bawah 6.0, sementara di Unimelb butuh overall score IELTS 7.0 dan writing minimal 7.0. Jadi meski sama-sama di Australia, persyaratannya bisa berbeda. Di Cardiff University syaratnya overall score IELTS 7.5, sementara di University of Leeds setahu saya butuh overall score IELTS 6.0. Kedua kampus terakhir tadi sama-sama di UK.

Bagaimana cara meningkatkan kemampuan bahasa Inggris? Rumusnya adalah pelajari soal dan latihan setiap hari. Kalau sibuk bagaimana? Ya harus tidur lebih malam dan/atau bangun lebih pagi dari biasanya. Sumber untuk mempelajari IELTS banyak sekali di internet, anda bisa cari sendiri dan temukan mana yang sesuai. Ada yang di website, ada juga banyak sekali tips yang bisa anda lihat di YouTube. Kebetulan saya melakukan metode ini. Namun kalau anda merasa butuh panduan yang lebih dan memiliki sumber dana yang cukup, anda bisa ikut kursus persiapan tes IELTS. Ada banyak sekali lembaga yang menawarkan hal itu.

Tentukan Negara Tujuan Sekolah

Ini bisa diletakkan di awal, tidak harus yang kedua. Ada banyak pertimbangan yang bisa anda ambil sebelum memutuskan. Bisa karena sistem pendidikannya, jarak dari Indonesia, mazhab keilmuannya, ketersediaan beasiswa, dan banyak pertimbangan lainnya. Kebetulan saya sudah melamar ke Swedia, Belanda, Austria, Australia, dan Selandia Baru. Pada akhirnya saya fokus ke Australia karena mempertimbangkan jarak yang tidak terlalu jauh dengan Indonesia dan pertimbangan lain yang sifatnya personal.

Cari Universitas yang Ingin Kita Tuju

Ini juga bisa diletakkan di awal, tidak harus berurutan seperti ini. Mengapa? Karena ada universitas-universitas yang punya kekuatan yang spesifik. Misalnya, anda ingin mendalami metode etnografi yang berarti akan sangat baik kalau ambil di Leiden University, Belanda. Kalau sudah begitu kan berarti kita tidak harus tentukan negara tujuan terlebih dahulu.

Kalau pengalaman saya, setelah saya tentukan negara tujuan saya akan cari universitas yang menawarkan program doktoral pada ilmu yang akan saya tekuni. Kebetulan tidak semua universitas di Australia itu menawarkan program doktoral pada Ilmu Komunikasi. Saya membuat daftar terlebih dahulu setiap universitas di Australia, lalu mencoret nama-nama universitas yang tidak menawarkan program doktoral ilmu komunikasi.

Identifikasi Kepakaran Profesor

Langkah berikutnya adalah saya buka satu persatu website dari universitas yang sesuai kriteria. Di sana biasanya sudah ada menu untuk melihat staf pengajar dan kepakarannya. Cara melihat kepakarannya itu dari mata kuliah yang mereka ampu, publikasi, dan grant/awards yang mereka raih. Cara ini sangat memakan waktu karena kita akan membuka satu persatu staf pengajar di setiap universitas tersebut. Tidak ada tips lain selain kita memang harus tahan duduk lebih lama untuk periksa satu persatu kepakaran mereka. No excuse ya, kalau memang niat sudah bulat ya memang harus disempatkan.

Kirim Email untuk Berkorespondensi

Setelah mengidentifikasi profesor yang berpotensial untuk menjadi supervisor, saya mulai menghubungi mereka lewat email. Pada prinsipnya kita perlu mengenalkan diri, menyebutkan tujuan kita, tunjukkan bahwa kita sudah membaca beberapa karya publikasi mereka dan meyakinkan mereka kalau kepakaran mereka akan sangat membantu kita. Setelah itu kita lampirkan juga rancangan proposal yang tadi sudah kita susun.

Saya sendiri kirim proposal ini ke banyak profesor dari berbagai negara. Ada yang mengatakan sebaiknya jangan disebar dalam waktu yang bersamaan. Saya justru melakukan yang sebaliknya, tebar jala di banyak tempat dalam waktu yang bersamaan selagi masih ada kesempatan. Tidak setiap profesor akan membalas email kita. Ada juga yang membalas tetapi waktunya lama. Kebetulan profesor yang saya hubungi ini sangat responsif dan sangat helpful.

Pada tahap ini biasanya profesor meminta kita untuk memperbaiki beberapa hal. Menyarankan kita untuk menghapus bagian yang tak perlu. Atau menyarankan kita untuk menambahkan beberapa hal. Mirip seperti bimbingan skripsi.

Oh ya, bersiaplah juga karena ada beberapa profesor yang minta untuk berdiskusi langsung melalui Zoom/Meet.

Bila beruntung, hanya dalam beberapa perbaikan saja profesor itu akan langsung menyetujui untuk menjadi supervisor kita kelak kalau diterima untuk kuliah di kampus.

Penuhi Semua Syarat, lalu Segera Kirim!

Sembari menunggu respons dari para profesor itu, kita bisa kembali lagi pada langkah kedua. Cek dengan super teliti seberapa besar syarat kemampuan bahasa Inggris dari universitas asal profesor tersebut. Kalau belum tes IELTS ya segera tes, kalau masih belum juga sesuai harapan ya siapkan dengan lebih intens lalu mengulangi tes. Sebaiknya ini disiapkan dengan sangat serius supaya tidak perlu mengulangi tes IELTS karena biayanya cukup mahal.

Cek juga syarat yang diminta dan penuhi semua. Ada kampus yang mensyaratkan dua sampai tiga surat rekomendasi. Ada juga yang mensyaratkan cover letter. Intinya buatlah daftar dengan rinci semua syarat tersebut dan penuhi setiap syaratnya.

Bila profesor yang tadi kita hubungi sudah setuju untuk menjadi potential supervisor, kita bisa minta izin kepada mereka untuk memasukkan lamaran. Biasanya proses ini ada prosedurnya. Pengalaman saya, setiap kampus biasanya memiliki portal khusus untuk melamar.

Selain itu, cek juga beasiswa untuk mahasiswa internasional. Ada negara yang membedakan proses lamaran sekolah dan proses lamaran beasiswa, tapi ada juga yang membuatnya dalam waktu yang bersamaan. Kebetulan Australia menawarkan metode yang kedua, jadi saya melamar sekolah dan beasiswa dalam satu proses yang sama. Ada tiga pilihan jawaban dari mereka yang semuanya pernah saya alami: 1) lolos sekolah dan beasiswa; 2) lolos sekolah tapi tidak lolos beasiswa; 3) tidak lolos sekolah dan tidak lolos beasiswa.

Sepertinya itu saja yang bisa saya bagikan. Kalau merasa ada hal yang perlu didiskusikan lebih jauh, anda bisa hubungi saya melalui email mail.ryansanjaya@gmail.com.

Ngomong-ngomong, saya diterima di QUT ini setelah puluhan kali mencoba melamar. Proses ini akan saya bagikan melalui tulisan yang terpisah. Tabik!

--

--

No responses yet